Selasa, 7 Agustus 2012
Ini bukan mimpi, bukan cerita, bukan juga adegan dalam tv, dan bukan sebuah ilusi.
Hari Minggu, 15 Juli 2012. Seusai aku mengantar Yenny ke kosan temanya di Yogya aku langsung bergegas pulang ke Menganti Cilacap. Begitu gelisah aku di dalam mobil, karena waktu berangkatpun aku sudah bertekat untuk tidak lama-lama di Yogya.
Sekitar jam 20.30 WIB aku sampai di menganti di rumah bulik. Seperti biasa langsung kucium tangan romo. Aku duduk di sebelahnya. Kangen yang kurasakan. Saat itu kulihat Rajulin keponakanku memeluk erat romo sambil menangis karena takut, dia melihat keranda di kamar pakaian. Tapi romo, aku dan de Yuli berusaha menenangkanya. Aku dan keponakanku Rena tidur di tempat tidur bapak sambil mendengar cerita demi cerita tentang pengalaman yang pernah beliau alami. Masih teringat cerita yang terakhir beliau ceritakan yaitu mengenai ayah dari romo, yaitu Mbah Sakiman Priyo Sudarmo, romo mengatakan kalau mbah itu dulunya meninggal karena kepalanya dipenggal antek-antek Belanda yang kebetulan rumanya bertetanggan dengan rumah bapak dan mbah saat itu. Kebetulan romo punya indera ke enam(sixth sense) sehingga beliau bisa menelusuri jejak-jejaknya. Saat itu di ruangan ada Pak Lik, Bu Lik, Aku, Dek Toro, Dek Sri, dan Rena yang sudah tertidur. Beliau mengatakan mbah dibunuh dan dimakamkan di suatu jalan yang kemudian diberi nama Jl. Yosodarmo <Saat aku menulis ini seketika itu semerbak bau bunga kantil tercium begitu harumnya>, nama jalan itu mungkin adalah nama mbah yang kurang jelas karena mbah sempat memberi tahu namanya sebelum kepalanya dipenggal kepada antek-antek Belanda tersebut. Setelah beberapa lama bapak menelusuri jejak-jejak makam itu akhirnya romo tahu makam mbah tersebut sudah di pindah ke Purwokerto tepatnya di Taman Makam Pahlawan Tanjung Nirwana.
Nisan mbah hanya bertuliskan “ Pahlawan tak dikenal” karena belum diidentifikasi sampai sekarang walaupn tulang-tulangnya telah dipisah dari kedua orang teman beliau yang dikubur satu liang waktu itu. Romo sempat bilang kalau mbah memberitahu “ kalau kamu ingin tahu mana makamku, kamu cukup meneteskan darahmu ketulangku, jika darahmu meresap ke tulang itu maka itu adalah tulangku”.
Aku masih mencoba untuk tidur tapi belum bisa ku pejamkan mataku. Entah kenapa saat itu aku ingin sekali memeluk erat-erat romo aku tak berani mengatakan, samar-samar aku mendengarkan percakapan diruang itu yang kini tinggal ada aku, Rena, Romo, Pak Lik dan Bu Lik. Tak berapa lama De Yuli datang ke ruang itu. Romo ternyata sedang berkomunikasi dengan temanya yang dari Sidareja yang bernama Prayit atau biasa aku panggil Mas Dawud. Dia sudah janjian akan pergi bersama jam12 malam ke Pangandaran tepatnya di Pesanggrahan. Untuk menunggu kedatangan temanya romo memutuskan berpindah dari ruangan Bu Lik ke ruang tenga di tempat De Yuli, sebenarnya aku ingin terus ada di dekat romo tapi karena aku masih cape dan menemani Rena yang tidur sendirian aku memutuskan untuk tetap di ruangan itu.
Baru aku terlelap sebentar aku terbangun karena suasana ribut dan seluruh penghuni rumah itu dalam keadaan panik. Aku dengar suara romo yang terus memanggil namaku, “ Yet…Yet…Yet…..!”
Aku langsung menghampiri romo dan duduk disebelah kirinya sambil memijit dadanya karena saat itu bapak tiba-tiba sesak napas saat mendapat telfon dari temanya yang baru sampai di Kubangkangkung saat itu Jam menujukan pukul 24.00 WIB. Entah kenapa batinku berkata “Yaa Allah aku sudah ikhlas”, astaghfirulloh kenapa aku bisa berkata seperti itu? Setelah 30 menit berlalu mas Dawud dan 3 orang kawanya akhirnya tiba, dua orang dari bekasi (Asli Tasik), dan satu orang dari “Lampung”.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menenangkan bapak. Tapi, tiap kali bapak dari WC sesak nafasnya semakin menjadi-jadi dan tubuhnya pucat serta keringat dinginya bercucuran. Dini hari yang semakin senyap, sayup-sayup mataku mulai ingin terpejam tapi romo kembali menyebut namaku “Yet..Yet..Yett…” mungkin saat-saat seperti ini romo benar-benar ingin ditemani seperti sudah ada pertanda yang romo rasakan.
Aku kembali terbangun, sekarang tinggal aku yang terjaga menjaga romo. Teman-temanya entah sedang berbincang-bincang tentang apa di ruang tamu. Pak Lik, Bu Lik, De Yuli terbangun kembali ketika romo meminta air hangat untuk merendam kakinya dan sebotol air hangat untuk menghangatkan tubuhnya yang mulai dingin mungkin karena kekurangan oksigen akibat sesak nafas semalaman. Temanya membantu memijiti dengan air doa, De Yuli, Bu Lik dan aku terus memijit badan dan tangan romo tapi satu yang tidak boleh dipijit yaitu bdan bagian paha dan bawah lutut karena bapak mengeluh sakit seperti tertusuk-tusuk jarum (aku seperti melihat*).
Aku mencoba memijit jempol kaki romo sambil melihat matanya, kemudian aku mencoba member pertolongan memompa jatung atau sering disebut RJP tapi itu ditolak seketika oleh romo. Aku semakin kasihan dengan keadaanya yang terus menerus sesak nafas, seperti ada riak di ulu hatinya yang tak kunjung keluar.
Salah satu teman bapak yang dari bekasi menyuruhku untuk shalat dua rakaat setelah shalat subuh dan menyiapkan satu gelas air putih kemudian aku disuruh melafalkan yaa Razak yaa Fatah sebanyak 900x kemudian airnya diminumkan ke romo. Dalam hatiku merasa aneh, “ kenapa yaa razak (Maha Pemberi Rizki)?” aku terus berdzikir dan berdoa “Yaa Allah aku tahu Engkau Yang Maha Pemberi Segala Rizki berilah rizki kepada kami berupa kesembuhan dari-Mu, tapi aku juga tahu Engkaulah yang Maha Mengetahui yang Terbaik Untuk Hamba-Mu berilah yang terbaik untuk romoku.”
Saat itu romo sempat berbincang-bincang, temanya sempet bilang “Ah bapak umurnya masih lama”. Tapi bapak langsung menyangkal pendapatnya”Tidak, yang mengetahui ajal seseorang hanyalah Allah, dan ada 4 hal yang hanya Allah yang mengetahui “Ajal, … , … , … .” (*poin yang dititik-titik lupa). Teman romo meminta alamat yang akan dituju ke Pesanggrahan Pangandaran ke romo sebelum akhirnya berpamitan.
Akhirnya matahari menampakan cahayanya dan hari itu menunjukan Senin, 16 Juli 2012 hari petama masuk sekolah untuk anak-anak SD, SMP, SMA. Aku memandikan dan memakaikan baju keponakanku. Tiba-tiba bapak minta dibelikan minuman penyegar cap kaki tiga di warung depan. Setelahnya aku disibukan mencari topi sekolah Afa yang masih SD.
Sebelum teman bapak yang dari bekasi pergi beliau menitip pesan agar aku mencari kelapa muda hijau yang asli yaitu yang ketika dibuka bagian belakangnya berwarna merah. Kemudian aku disuruh membacakan yaa siin 9x, Al Fatehah 9x, dan Al Ikhlas 9x dan Al Ikhlas 3x. akhirnya yang berangkat untuk mencari kelapa hijau adalah sepupuku yang biasa akau panggil Dek Riris dan salah seorang tetangga.
Sambil menunggu sepupuku mencari kelapa hijau, aku sempat mengantar Rena ke sekolah yang tak jauh dari rumah. Sepulang mengantar aku tertidur di kamar baru terlelap sebentar terdengar suara bapak yang memanggil-manggilku. Aku mengerti saat-saat seperti ini pasti romo selalu ingin ditemani seperti saat romo sakit dulu.
Bu Dhe Gi datang karena ditelfon oleh Bu Lik Yati. Perhatian kamipun terus tertuju kepada romo. Dan akhirnya sepupuku atau Dek Riris bersama temanya membawa kelapa hijau. Begitu kelapa dibuka aku bergegas melakukan pesan teman romo sebelum pergi. Romo terus dibujuk agar mau dibawa kerumah sakit. Tapi romo tetap tidak mau, beliau beralasan sudah tidak kuat lagi. Bu lik dan bu dhe pun menawarkan romo untuk makan karena sejak kemarin romo enggan untuk makan. Tapi jawaban romo saat itu “Aku wis arep mati koh kon madang” (aku sudah mau meninggal kog disuruh makan) T.T astaghfirullohal’adzim aku mengelus dada dan sontak memasang muka bingung. Romo dibujuk hingga akhirnya mau pergi kerumah sakit, kebetulan saat itu Dek Toro cuti kerja sehingga bisa mengantarkan romo menuju rumah sakit. Setelah romo minum air kelapa yang sudah kubacakan doa kami bergegas menuju rumah sakit. Semua lampu merah kami terobos. Batinku selalu melafalkan ayat kursi lebih banyak dari biasanya, aku yang duduk tepat dibelakang romo terus memijit-mijit punggung romo. Romo tak henti-hentinya mengucap kalimat “Laa ilaaha ilaa llah”.
Setelah sampai di depan UGD RSUD Cilacap
to be continue.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar