bismillah

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Senin, 27 Agustus 2018

Istilah Begawan dalam Penokohan Cerita Wayang menurut Ensiklopedia Sastra Jawa Terbitan Balai Pustaka Yogyakarta

Begawan (61)
Begawan Ciptoning

Begawan adalah gelar bagi pertapa dan guru dalam dunia pewayangan. Begawan Drona, misalanya, adalah guru besar di Kerajaan Astina yang mengajarkan ilmunya pada keluarga Kurawa dan Pandawa. Begawan Bagaspati, waulaupun hanya mempunyai seorang murid bernama Narasoma - menantunya sendiri, tetapi ia seorang pertapa yang tekun. Seorang begawan tidak harus berdarah brahmana. Misalnya, ketika Arjuna bertapa di Gunung Indrakila, ia memakai nama Begawan Ciptoning atau Begawan Mintaraga. Bahkan Anoman, yang berwujud kera pun di hari tuanya dikenal dengan sebutan Begawan atau Resi Mayangkara.

Dalam pewayangan sebutan serupa begawan adalah resi atau pandita. Hampir semua begawan dalam pewayangan merupakan manusia sakti.
Kalau seorang begawan mengucapkan kutukan, maka kutukan itu akan terbukti. Misalnya, Begwan Maetreya yang mengutuk Prabu Anom Duryudana, kelak dalam Baratayuda paha kirinya akan lumpuh dihantam gada lawannya. Begawan Kimindama yang mengutuk Prabu Pandu Dewanata, akan meninggal seketika bilamana ia memadu kasih dengan istrinya. Begawan Gotama yang mengutuk Dewi Indradi, istrinya, menjadi tugu batu. Bahkan, Bewawan Animanda yang mengutuk dewa, yaitu Batara Darma, juga terbukti.

Kesaktian seorang begawan wring kah tidak terbatas pada soal kutuk mengutuk. Begawan atau Resi Jamadagni bisa tahu perbuatan salah istrinya walaupun ia tidak menyaksikannya. Begawan Wisrawa dalam usia tuanya masih sanggup mengalahkan dan membunuh Jambu Mangli, raksasa sakti dari Alengka. Begawan Sapwani sanggup menciptakan seribu manusia jadi-jadian yang mirip dengan Jayadarta, anak angkat kesayangannya.

Dalam pewayangan ada berbagai istilah khusus untuk menyebut anak buah seorang begawan. Semua istilah itu berkaitan dengan tugas-tugas dalam suatu pertapaan.

Menurut rincian Kalawarti Serat Panjangmas, yang dicatat oleh Ki Panut Darmoko, dalang terkenal asal Nganjuk, Jawa Timur, tataran dan istilah tentang jabatan di pertapaan dalam Wayang Kulit Purwa adalah:

  1. Wiku, adalh pandhita yang tinggal dan membangun pertapaan di gunung.
  2. Pandita, bilamana pertapa itu tinggal di kota, dekat dengan kraton.
  3. Resi, adalah pertapa yang bilamana perlu masih mampu dan sanggup berperang.
  4. Hajar, adalah pandhita yang mengajarkan kepandaian.
  5. Dwija, adalah pandhita yang mengajarkan ilmu lahiriah dan batiniah. Dalam hal ini sebutan Dwija lebih berarti gelar kehormatan.
  6. Dwijawara, adalah pandhita yang mengajarkan tentang ilmu kasidan, tanpa memilih murid, siapa saja boleh berguru.
  7. Yogi, adalah pandhita yang menuntun ke arah kebahagiaan.
  8. Muni, adalah pandhita yang memberi nasihat.
  9. Suyati, adalah pandhita yang mengajar tentang penembahan.
  10. Begawan, adalah pandhita bekas raja, atau raja yang sudah lengser keprabon.
  11. Wipra, adalah pandhita pujangga. Selain mengajar langsung kepada para muridnya, seorang panditha juga menulis ajarannya untuk dibaca siapa saja.
  12. Danghyang,  adalah pandhita yang ahli meramal. Sebutan Danghyang lebih merupakan gelar kehormatan.
  13. Brahmana, adalah pandhita yang berasal dari tanah sebrang.
  14. Widayaka, adalah pandhita yang keramat kata-katanya sering kali menjadi kenyataan, sehingga ia ditakuti orang.
  15. Dayaka, adalah pandhita yang sakti.
  16. Wasista, adalah pandhita yang awas dan waspada.
  17. Brahmacari, adalah pandhita yang wadad, tidak pernah menyentuh wanita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar