bismillah

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Senin, 27 Agustus 2018

Istilah Empu dalam Ensiklopedia Sastra Jawa terbitan Balai Pustaka

Empu (162)

Ada beberapa pengertian untuk istilah empu, yaitu (1) guru, pandai besi, (2) tuan, orang yang terhormat, atau yang memiliki nilai lebih, pujangga, dan (3) umbi kunyit, kencur besar. Dalam kaitannya dengan sastra Jawa, arti terdekat empu adalah "pujangga" atau pengarang, yaitu orang yang pandai atau memiliki nilai lebih dalam karang-mengarang. Bahkan, seorang yang bergelar "empu" adalah seseorang yang telah mampu menciptakan maha karya atau karya agung selama pengabdiannya di bidang seni yang ditekuni. Termasuk dalam pengertian seni di sini ialah seni sastra, karawitan, arsitektur, dan pembuatan keris pusaka. Mereka yang dinilai berprestasi dalam bidang-bidang tersebut mendapat gelar resmi sebagai "empu" dari kerajaan. Dalam masyarakat umum istilah "empu" dikenakan sebagai pembuatan keris pusaka, seperti sebutan Empu Gandring, Empu Supa, dan sebagainya.



Namun, dalam istilah sastra Jawa modern, baik istilah empu maupun istilah pujangga tidak dikenal untuk menyebut pengarang. Jadi, empu dan pujangga adalah istilah-istilah khusus untuk sebutan pengarang pada kelompok pengarang pada periode-periode tertentu. Empu, misalnya, istilah untuk pengarang di zaman klasik, atau pada zaman pra-Islam. Orang mengenal nama-nama seperti empu Sedah dan Empu Panuluh untuk sebutan pengarang Kitab Baratayudha, Empu Prapanca sebagai pengarang Kitab Negarakertagama, Emu tantular yang mengarang Arjunawiwaha.

Seseorang disebut empu dan atau pujangga harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain berikut ini.

  1. Paramengsastra, ahli dalam bahasa dan sastra;
  2. Paramengkawi, yaitu ahli dalam penciptaan atau mengarang;
  3. Awicarita, yaitu pandai mendongeng atau bercerita yang dapat menarik perhatian pendengarnya;
  4. Mardawa lagu, yaitu pandai dalam hal gending;
  5. Mardawa basa, yaitu ahli dalam mengolah bahasa;
  6. Mandraguna, yaitu ahli dalam hal kesenian;
  7. Nawungkridha, yaitu halus perasaan sehingga mampu menangkap kehendak orang lain, dan
  8. Sambegana, yaitu berjiwa luhur.
Meskipun pada umumnya sebutan atau gelar "empu" hanya diberikan kepada ahli sastra, seni, dan keris, gelar itu juga diberikan kepada seorang ahli kebudayaan Jawa, Prof. Dr. Poerbatjaraka, di masa hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar