Aku dilahirkan sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Bapak, Ibu dan ketiga kakakku, kami terpaut beda usia yang cukup jauh. Bayangkan saja waktu itu ibu mengandung aku usianya sudah hampir empat puluh tahun, selisih usiaku dengan para kakakku juga kisaran 10-17 tahun dan lagi kau tahu? usia ibu dan bapakku itu selisih sekitar 12 tahun lebih tua bapakku. Keluarga yang dingin karena kami punya kehidupan sendiri-sendiri. Ibuku hanyalah ibu rumah tangga yang seharusnya berada di rumah lebih lama, tapi setelah ku fikir-fikir ibuku itu juga ada beberapa kegiatan seperti aktifis ibu-ibu pkk karena tuntutan profesi bapak belum lagi arisan dan beberapa kesenangannya yang mungkin tak bisa kusebutkan. Aku tak terlalu ingat ketika aku masih kecil dan ibuku mempunyai banyak kegiatan, tapi aku sedikit ingat ketika dulu aku tak bisa jauh dari ibuku sekitar usia belum sekolah aku sering tidur siang dan terbangun selalu menangis karena hampir bisa dikatakan di rumah tak ada orang! Mba pertamaku dia pas SMA di Bandung dan setelah selesai SMA mbakku
itu kursus menjahit dan disibukan dengan karir mejahitnya. Masku, kakak keduaku dia SMA di Purwokerto tempat yang lumayan jauh dari rumah butuh waktu 2 jam untuk ke sana dan masku itu ngekos. Masa SMAnya pun selesai dia melanjutkan kuliah di Universitas Soedirman di Purwokerto Juga. Mba ketigaku, mba di atasku persis, untungnya dia SMA tak begitu jauh dari rumah jadi masih sempat bercengkrama denganku dan merawatku dari mulai mandi, makan, nyuci baju dan segalanya. Dia mungkin bisa dikatakan sebagai ibu keduaku tapi ketika masa SMAnya selesai mbak ketigaku kuliah di Akper Serulingmas Maos dan harus indekos juga. Bapakku seorang yang cukup sibuk memanage sekolah di daerah lumayan terpencil, tak ada kendaraan umum yang bisa mengakses sekolah tersebut kecuali ojeg. Waktu itu masih jarang sekali guru di pelosok negeri seperti di daerah kami, bapakku dulu bisa mengatur sampai dua sekaligus dalam satu period. Bayangkan betapa capenya beliau, tapi akhirnya memutuskan untuk mengelola satu sekolah saja disamping karena cape dan jaraknya yang lumayan jauh dengan jalanan yang belum aspal waktu itu juga bayarannya tak ada tambahan. Aku dulu hanya bermain dengan mba dan mbahku (yang aku ingat), main sesekali ke rumah saudara dan teman dekat bapak selain itu hampir tak pernah main di luar rumah.Untung juga aku punya kembaran yang siap menjadi teman bermainku mulai dari aku bangun sampai tidur lagi. Aku dulu cukup dekat dengan bapak tapi tak sedekat ketika aku sudah menginjak kelas 1 SD dan sampai lulus SMA. Sering aku ikut bapak ke sekolah yang bapak kelola, ke dinas P&K(waktu itu; sekarang dinas UPT), dan ke rumah kolega-kolega bapak (karena bapak juga sebagai pamong/penasehat yang cukup disegani). Tentu tak selalu aku ikut dalam dinasnya, apalagi kalau bapak dinas luar kota . Mulai lepas dari bimbingan orang tua untuk bermain sekitar kelas 3 SD, banyak petualangan yang aku alami di desaku yang masih banyak kebun sawah, hutan dan sungai yang asri.
itu kursus menjahit dan disibukan dengan karir mejahitnya. Masku, kakak keduaku dia SMA di Purwokerto tempat yang lumayan jauh dari rumah butuh waktu 2 jam untuk ke sana dan masku itu ngekos. Masa SMAnya pun selesai dia melanjutkan kuliah di Universitas Soedirman di Purwokerto Juga. Mba ketigaku, mba di atasku persis, untungnya dia SMA tak begitu jauh dari rumah jadi masih sempat bercengkrama denganku dan merawatku dari mulai mandi, makan, nyuci baju dan segalanya. Dia mungkin bisa dikatakan sebagai ibu keduaku tapi ketika masa SMAnya selesai mbak ketigaku kuliah di Akper Serulingmas Maos dan harus indekos juga. Bapakku seorang yang cukup sibuk memanage sekolah di daerah lumayan terpencil, tak ada kendaraan umum yang bisa mengakses sekolah tersebut kecuali ojeg. Waktu itu masih jarang sekali guru di pelosok negeri seperti di daerah kami, bapakku dulu bisa mengatur sampai dua sekaligus dalam satu period. Bayangkan betapa capenya beliau, tapi akhirnya memutuskan untuk mengelola satu sekolah saja disamping karena cape dan jaraknya yang lumayan jauh dengan jalanan yang belum aspal waktu itu juga bayarannya tak ada tambahan. Aku dulu hanya bermain dengan mba dan mbahku (yang aku ingat), main sesekali ke rumah saudara dan teman dekat bapak selain itu hampir tak pernah main di luar rumah.Untung juga aku punya kembaran yang siap menjadi teman bermainku mulai dari aku bangun sampai tidur lagi. Aku dulu cukup dekat dengan bapak tapi tak sedekat ketika aku sudah menginjak kelas 1 SD dan sampai lulus SMA. Sering aku ikut bapak ke sekolah yang bapak kelola, ke dinas P&K(waktu itu; sekarang dinas UPT), dan ke rumah kolega-kolega bapak (karena bapak juga sebagai pamong/penasehat yang cukup disegani). Tentu tak selalu aku ikut dalam dinasnya, apalagi kalau bapak dinas luar kota . Mulai lepas dari bimbingan orang tua untuk bermain sekitar kelas 3 SD, banyak petualangan yang aku alami di desaku yang masih banyak kebun sawah, hutan dan sungai yang asri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar