PERANG
DIPONEGORO
Pada
suatu hari di desa Tegalrejo kota Yogyakarta hidup seorang anak bernama Bendara
Raden Mas Mustahar ya Bendara Raden Mas Antawirya. Walaupun keturunan Kraton
Yogyakarta, Mustahar kecil diasuh di luar benteng istana oleh kakek dan
buyutnya. Beliau diajarkan bercocok tanam oleh kakeknya di pedesaan nan asri,
berbaur dengan masyarakat setempat.
Masa
kecil beliau penuh warna dan lebih memahami kehidupan masyarakat Yogyakarta
khususnya, pun masyarakat Indonesia pada umumnya. Penduduk kala itu banyak melakoni
menjadi pedagang, buruh tani, atau bahkan buruh dan budak karena dampak
revolusi industri di Eropa. Walau hidup di pedesaan Diponegoro kecil tetap
mendapat pendidikan untuk membaca dan menulis.
Ratu
Ageng Tegalrejo, permaisuri Hamengkubuwono I adalah buyut Pangeran Diponegoro. Dari
Ratu Ageng Tegal Rejo yang menuliskan cerita Menak Amir Hamzah berbahasa Persia
menjadi beraksara Jawa, Diponegoro setiap malam diceritakan kisah heroik
seorang sosok pemimpin bernama Hamzah.